May 23, 2016

Perihal Cita-cita





Umumnya klo makin berumur, cita-cita pelan-pelan mulai ditinggalkan. Atau ga diperhalus dengan disubstitusi. Diganti dengan yang dianggap paling masuk akal, atau kasarnya dipilih yang gampang-gampang saja.

Klo dulu pengennya segera kaya raya, sekarang yang penting sehat-sehat saja dulu. Jadi klo ada yang nanyain kabar jawabannya, "Gitu-gitu aja, tapi sehat," terus ngambek karena jawabannya ga seru, ya bisa dibalas, "Kalau pun saya sudah kaya tapi sakit-sakitan? Enakan mana? Kalau pun kekasih saya lima tapi klo saya sakit-sakitan, saya bisa apa?"

Begitu juga klo udah menyangkut perut. Biasa toh, udah mapan. Ga sering puasa lagi. Ga makan mi instan mulu. Klo ke warung juga dipilih yang paling enak, dan banyak. Ditambah kerjaan yang memang duduk-duduk saja natap layar komputer. Itu juga baik klo benaran kerja. Hahah.

Untuk penampilan, ya makin santai lagi. Hahah. Di daerah remot ini siapa yang peduli? Ada acara resmi, cukup alas kaki saja yang diperhatikan. Dari sendal jepit, diganti dengan sepatu. Hahahah.

Hahah. Ga juga mo bilang klo hidup itu dinikmati saja, ikut arus. Tapi kan klo memang repotin atau sampai bikin sakit, ya mending ditinggalkan saja. Ga berlaku universal ya. Namanya jadi orang juga punya tanggungjawab, beban yang dipikul, ga boleh asal lepas atau lempar tanggungjawab. Yang seperti itu malah bikin kita ga jadi orang. Kuncinya ya dibiasakan, dilatih. Ibarat roket, tekanan yang diterima lebih besar dari pesawat biasa, tapi karena dibuat seperti itu maka roket bisa keluar dari Bumi. Hahah. Jadi terkenang dulu waktu masih cupu-cupunya kuliah.

  - YBK

No comments:

Post a Comment