Saya pernah berpikir keras - sampai-sampai menjadi pria yang menunjuk tinggi ke langit dengan harapan akan mendapat sinyal, - bagaimana mungkin gadis yang saya taksir berani menyindir saya di depan umum?
Membalasnya? Ga mungkin! Love bears all things.
Saya berpikir keras, mengenai sesuatu yang bisa membuat saya memaafkannya, melupakannya. Sesuatu yang membuat saya sadar diri, lapang dada, legowo, bahwa dia memang benar dan saya harus berubah. Atau bahkan sesuatu yang membuktikan bahwa dia keliru. Sesuatu yang membuktikan bahwa saya telah dewasa!
Menurut Gordon W. Allport, seorang psikolog, apapun yang dilakukan seseorang dalam hidup biasanya adalah demi menunjukkan siapa dirinya. Bahwa saya adalah orang baik-baik, bahwa saya adalah orang yang pantas dihormati, bahwa saya adalah seorang yang dewasa. Yang dimaksud dewasa sendiri oleh Allport adalah ketika seseorang mampu memposisikan diri pada posisi orang lain (extension of self). Jadi ketika temanmu mulai kritis ga jelas, merupakan langkah yang cerdas untuk mengurai ranah personal dan ranah profesional. Menunjukkan egoisme atau memikirkan diri sendiri tidak akan mengubah apapun selain tingkah kekanak-kanakan.
Seseorang juga dikatakan dewasa jika mampu melihat dirinya sendiri secara objektif (self objection). Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan, tidak harus marah, atau tidak menerima kritik/ saran yang diberikan oleh orang lain. Berbagai pandangan atau penilaian orang lain terhadap kita haruslah dijadikan intropeksi diri, bukan melawannya dengan ego yang malah memperburuk keadaan. Dewasa adalah mampu menilai diri sendiri, sadar untuk 'menertawakan diri sendiri.'
Seorang yang dewasa akan memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life). Biasanya berhubungan dengan etika atau agama. Sederhananya, seorang yang dewasa, tidak berbuat seenaknya atau bertindak hanya untuk kepuasan sesaat. Seorang dewasa memiliki tujuan hidup jelas, diikuti dengan ketegasan untuk mencapainya dalam perilaku sehari-hari.
No comments:
Post a Comment