February 10, 2012

Quid Est Homo?



Suatu hari, oleh karena kelupaan membawa flashdisk, seorang pemuda terpaksa meminjam punya temannya yang kebetulan seorang pemudi. Oleh karena kelalain kecil, ketika mengembalikan flashdisk tersebut, sadarlah pemuda tersebut penutup flashdisk tersebut telah hilang. Layaknya manusia bermoral pada umumnya maka pemuda tersebut pun dengan penuh penyesalan menyatakan permohonan maafnya. 
Apa yang terjadi selanjutnya adalah hal yang diluar dugaan. Si pemudi bersikeras bahwa si pemuda harus bertanggungjawab dengan mengembalikannya atau mencari penggantinya.
Di satu sisi tersirat begitu logis - oleh karena kelalaiannya maka si pemuda memang harus bertanggungjawab, tapi di sisi lain si pemuda berpikir keras bagaimana mencari penggantinya kalau bukan membeli yang baru dan menggunakan penutup flashdisk baru tersebut sebagai gantinya? Atau juga dengan menukar flashdisk-nya sekalian?

Proposisi yang sejujurnya ingin saya ajukan adalah, "Di mana otak pemudi tersebut?" Tapi berhubung saya juga sadar kelupaan menaruh otak saya di mana, maka saya pendamkan saja di lubuk hati yang terdalam.

Kisah tersebut adalah kisah yang saya rangkai berdasarkan kisah nyata, bukan kisah nyata saya tegasnya. Melalui kisah ini, saya bukan bermaksud menghakimi pemudi tersebut. Jelas, seorang yang taat perintah Tuhan seperti saya sadar mengenai hal menghakimi. Seperti tertulis,

"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu?" - Alkitab

Kurang relijius apa lagi saya? 

Quid est homo? Homo est animale rationale.
Apakah manusia itu? Manusia adalah hewan yang berakal-budi.

Pesan moral saya pada kesempatan kali ini adalah, jangan menanyakan keberadaan otak orang lain saat kita sendiri tidak tahu otak kita di mana. Jangan menghakimi bahaya pornografi sedangkan kamu sendiri belum pernah melihatnya. Loh? Hahahah.. When you eliminate rationale, you are an animale. Saya sepertinya lagi serius.


Perhatian:
Untuk menghindari kemunafikan sosial, saya tegaskan bahwa saya bukanlah seorang yang religius. Percayalah. Untuk beberapa hal, saya menggunakannya sebagai lelucon. Seperti kata teman saya, ide-ide yang terbaik datang sebagai lelucon. Buatlah pikiran sudara-saudari terkasih se-rileks mungkin. Teman saya David, David Ogilvy.

Oleh karena itu, setelah menulis ini saya berjanji akan berdoa untuk kemunafikan saya, dan juga untuk kemunafikan saya berdoa, dan untuk kemunafikan saya berdoa atas kemunafikan yang saya doakan. Dan juga untuk kemunafikan saya di masa yang akan datang, dan untuk ini pun saya berdoa agar diampuni atas kemunafikan saya.

2 comments: